Penolakan Tambang Emas Ilegal di Wilayah Duo Koto Diduga Bermuatan Intrik Mafia, Penegakan Hukum Terkesan Tenang Pilih. 

banner 468x60

Pasaman Timur – Penolakan terhadap tambang emas ilegal (PETI) di Duo Koto, Kabupaten Pasaman Timur, ternyata bukan murni jeritan rakyat. Fakta di lapangan membuktikan, aksi itu hanyalah panggung intrik yang dimainkan oleh segelintir pemuda dengan kepentingan gelap. Dalangnya, tak lain Ketua Pemuda Suhardi, yang disebut-sebut menjadi “komando bayangan” dalam drama penolakan ini.

Isu kerusakan lingkungan dan ancaman bencana ekologis hanya dipakai sebagai topeng. Di baliknya, mafia tambang bermain halus mengatur siapa yang boleh beroperasi dan siapa yang harus disingkirkan.
Nama Agus dan Nono sengaja dijadikan kambing hitam. Padahal, keduanya hanyalah pion kecil dari puluhan pemain lain. Kesalahan mereka sederhana: tak ikut setor “uang koordinasi” ke jaringan mafia. Akibatnya, mereka dijadikan umpan sorotan publik.

banner 336x280

“Jangan heran kenapa hanya Agus dan Nono yang disorot. Itu karena mereka tidak tunduk sama aturan setoran. Pemain lain aman-aman saja,” beber warga setempat dengan nada getir.

Lebih tragis lagi, tambang emas ilegal justru terus meluas. Dari Batang Kundur, aktivitas itu merembet ke Lanai Hilir, Lantai Mudik, Sinabuan hingga Muara Tambangan. Semua disebut berada di bawah kendali Roni Irawan alias Rohom—oknum ASN Dispora Pasaman yang sudah bertahun-tahun jadi mafia emas ilegal.

Rohom dikenal congkak. Ucapannya bahkan menusuk: “Tuhan pun tidak dia takuti, apalagi media abal-abal.” Sayangnya, hukum seolah tumpul menghadapi sang mafia. Namanya tak pernah benar-benar disentuh aparat, meski semua orang tahu siapa pengendali sesungguhnya.

Lebih parah, kabar adanya intervensi ke aparat penegak hukum makin memperlihatkan bobroknya sistem. Kapolsek Duo Koto, IPDA Antoni Hasibuan, disebut mendapat tekanan dari atasan hingga para bos tambang agar tak bertindak tegas.
“Kapolsek pun katanya dapat tekanan, dari atasan sampai bos tambang. Jadi bagaimana bisa bertindak tegas?” ungkap sumber terpercaya.

Masyarakat asli yang benar-benar muak dengan tambang ilegal pun angkat suara. Mereka meminta aparat dan pemerintah berhenti main mata, berhenti jadi macan ompong, dan menindak semua pelaku tanpa pandang bulu—termasuk Ketua Pemuda Suhardi yang diduga ikut meraup keuntungan dari hasil tambang haram.

PETI di Pasaman Timur adalah cermin paling telanjang bahwa negara sedang kalah telak oleh mafia tambang. Aparat seolah dipasung, hukum berubah jadi dagangan, dan rakyat kecil hanya dijadikan tameng untuk melindungi kepentingan para cukong. Jika dibiarkan, Pasaman tidak lagi sekadar daerah, melainkan “republik kecil” milik preman tambang.

banner 336x280